Rabu, 04 Maret 2009

antara kulit, panas, dan keganasan

Hari ini panas sekali ya?. Pertanyaan itu yang sering dilontarkan orang setiap harinya. Suhu bumi yang makin meningkat dari waktu ke waktu dirasa menjadi permasalahan yang bukan hanya permasalahan individu,namun juga menjadi permasalahan global yang sekarang sudah digaungkan dimana mana. Tapi, apakah para penghuni bumi mendengar gaung permasalahan yang disebut sebagai pemanasan global tersebut? Tidak semua tentunya.
Lalu, apakah yang membuat anda dapat mengatakan bahwa bumi ini makin panas? Kulit jawabannya. Kulit yang memberitahu otak anda bahwa matahari sedang sangat menyengat di siang ini. Kulit adalah organ yang begitu sensitif pada perubahan suhu dan mampu mengirim sinyal ke otak untuk mengambil tindakan yang harus dilakukan ketika suhu disekitar meningkat ataupun menurun.
Pemanasan global tentu saja memberikan efek kepada kulit kita, sebab kulit adalah organ yang terletak paling luar dari tubuh manusia. Peningkatan suhu bumi dan paparan sinar matahari sedikit banyaknya akan memengaruhi kondisi kulit manusia yang umumnya menuju ke arah yang buruk.
Seperti yang kita ketahui bahwa kulit adalah organ yang paling besar pada tubuh manusia. Selain berfungsi sebagai detektor suhu, kulit juga berfungsi untuk melindungi tubuh dari paparan eksternal yang berlebih seperti: infeksi dan trauma, selain itu kulit juga berperan dalam sintesis vitamin D dan tempat penyimpanan lemak. Kulit juga mampu mencegah kehilangan air dan elektrolit dari tubuh manusia.
Secara histologis, kulit terdiri dari tiga bagian:
1. epidermis, yaitu bagian luar dari kulit, terdiri dari 3 jenis sel, yaitu: sel squamous (gepeng),yang terletak pada lapisan paling atas epidermis, sel basal,yang terletak di lapisan paling bawah epidermis, serta sel melanosit (pembawa pigmen) yang terletak antara lapisan sel sel tersebut
2. dermis, bagian tengah dari kulit, mengandung saraf, pembuluh darah, kelenjar peluh, lubang rambut, dan sel penghasil minyak yang memelihara kulit dari kekeringan
3. Lapisan gemuk/fatty layer yang terltak paling dalam dari kulit.
Meningkatnya suhu bumi secara global yang lazimnya disebut sebagai pemanasan global, lambat laun telah menggerus kulit manusia secara perlahan. Pemanasan global yang terhasil akibat meningkatnya gas rumah kaca seperti : CO, Metana dan lain lain secara langsung telah meningkatkan suhu bumi dan berkontribusi terhadap menipisnya atmosfer, dimana fungsi atmosfer diantaranya adalah untuk melindungi bumi dari benda benda asing ruang angkasa secara langsung dan menyaring sinar matahari, sehingga adanya atmosfer bersifat protektif pada diri manusia.
Atmosfer yang “bolong” ini memberi celah masuknya radiasi dari matahari secara berlebihan yang bisa membahayakan manusia. Ultraviolet yang berlebihan contohnya, sinar ultraviolet pada dasarnya dibutuhkan kulit dalam membantu pmbentukan zat pro vitamin D di kulit. Namun kelebihan paparan terhadap beberapa jenis sinar ultra violet mampu memicu penuaan dini serta perkembangan sel menuju ke arah keganasan, di mana bisa terjadi perbanyakan sel yang berlebihan dan membahayakan.
Ultraviolet sendiri dibagi atas tiga golongan, yaitu:
1. Ultraviolet A, mempunyai panjang gelombang 400-315 nm
2. Ultraviolet B, mempunyai panjang gelombang 315-280 nm
3. Ultraviolet C, mempunyai panjang gelombang 279-100 nm
Diantara ketiga tipe sinar ultraviolet ini yang paling berbahaya adalah ultraviolet C, yang mempunyai kemampuan karsinogenik paling kuat, namun karena seluruhnya mampu diserap atmosfer bumi, maka secara langsung kita tidak terkena radiasi dari sinar ultraviolet C ini, yang kita terima hanyalah radiasi dari ultraviolet A dan ultraviolet B. Tetapi, bahaya dari paparan berlebihan dan kedua tipe ultraviolet ini tidaklah mampu diabaikan begitu saja, karena ultraviolet A yang berlebihan mampu menyebabkan tanning (kondisi kulit seperti kebakar), sementara ultraviolet B mampu menembus kulit dan menimbulkan efek karsinogenik terhadap sel sel yang ada di lapisan kulit tersebut.
Jadi, bisa bayangkan kalau ternyata atmosfer bumi menipis atau bahkan bolong, akibat global warming yang melanda dunia ini, ultraviolet tersebut bisa masuk dengan mudah dan berlebihan serta mengenai kulit manusia, ditambah dengan polusi air dan udara yang memang sudah terjadi di bumi, maka tercipta satu daya besar untuk mengerosi kulit manusia, sehingga penuaan dini dan keganasan kulit semakin rentan terjadi. Hal ini, dapat dilihat dari meningkatnya prevalensi kanker kulit di Indonesia dari tahun ke tahun. Jadi, bisa dibayangkan bahwa kulit manusia yang mulus pun bisa tererosi kondisi atmosfer yang menipis akibat pemanasan global.
Secara garis besar, kanker kulit itu sendiri ada tiga tipe, dan berasal dari jenis sel yang berbeda yang terdapat di kulit, tiga tipe kanker kulit itu adalah :
1. Kanker kulit yang berasal dari sel basal ( karsinoma sel basal )
2. Kanker kulit yang berasal dari sel squamous ( karsinoma sel squamous )
3. Kanker kulit yang berasal dari sel melanosit ( Melanoma maligna )
Dari ketiga tipe kanker ini, yang paling berbahaya adalah melanoma maligna, mengingat daya invasi dari tipe kanker ini sangat kuat, serta mudah menyebar ke organ organ penting lain seperti hati, sementara karsinoma sel squamous mempunyai daya invasif sedang, dan karsinoma sel basal mempunyai daya invasif paling rendah dari ketiga tipe kanker kulit tersebut.
Perawatan untuk masing masing tipe tersebut pun berbeda, hal ini ditentukan oleh luas kanker di permukaan serta metastasis (penyebaran) dari sel kanker tersebut. Untuk karsinoma sel basal, karena daya invasif yang rendah, maka pengobatannya pun tak serumit kedua tipe lainnya. Pada penderita karsinoma sel basal umumnya dilakukan pengangkatan sel tumor dan jarang diberi kemotherapi sistemik, sementara pada karsinoma sel squamous, umumnya setelah dilakukan pengangkatan, diberikan pula kemotherapi tapi dengan dosis yang kecil, sedangkan pada melanoma maligna, setelah dilakukan pengangkatan, maka umumnya diberikan obat kemotherapi pada dosis yang cukup tinggi, untuk mencegah metastasis (penyebaran) sel tumor ke tempat lain.
Pencegahan dari paparan ultraviolet yang berlebihan ini sesungguhnya tidaklah sulit dan memakan banyak biaya. Salah satu yang paling mudah adalah penggunaan tabir surya untuk memproteksi kulit kita dari paparan sinar matahari yang berlebihan. Tabir surya yang paling baik digunakan untuk orang Indonesia adalah tabir surya yang mempunyai nilai SPF 15. SPF (sun protecting factor) adalah kemampuan tabir surya dalam melindungi kulit dari keadaan sunburn, nilai SPF 15 paling cocok untu tipe kulit orang Indonesia dikarenakan pada dasarnya kulit orang Indonesia sudah mempunyai cukup banyak melanin, yang berfungsi selain memberi warna kulit, juga melindungi kulit dari paparan langsung sinar matahari. Namun, untuk beberapa profesi, seperti perenang, dan profesi lain yang banyak berhubungan dengan sinar matahari, SPF 30 paling tepat digunakan. Penggunaan tabir surya ini sangat penting, karena 90-94% resiko kanker kulit bisa diturunkan setelah penggunaan tabir surya terutama pada jam 09.00-15.00.
Mengingat meningkatnya kasus kanker kulit akhir akhir ini, yang diiringi peningkatan suhu bumi serta menipisnya atmosfer. Maka, pencegahan secara tidak langsung yang dapat kita lakukan adalah kembali ke alam. Dengan mengurangi polusi udara, air dan lingkungan, kita mampu menghambat perluasan penipisan atmosfer yang terjadi di bumi. Sehingga atmosfer kita bisa tetap utuh dan mampu menjalankan fungsinya dalam melindungi manusia yang bermukim di bumi dari radiasi yang berlebihan. Jadi, manusia tidak perlu lagi takut untuk beresiko tinggi terkena kanker kulit hanya karena bermain petak umpet di siang hari.



Raja Iqbal Mulya Harahap
actually tulisan ini gw ikutin ke sebuah lomba essay,, tapi gagal menang, karena setelah gw baca lebih mirip artikel ilmiah populer. heheh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar